Sesuai dengan janjiku pada posting kemarin, aku akan menceritakan bagaimana perjuangan kami untuk memperjuangkan nasib tari kami.
Seperti yang telah aku ceritakan sebelumnya, pada hari sabtu tepatnya hari terakhir kami latihan. Kami pulang tanpa membawa apa-apa. Tidak satu tari pun kami bawa pulang, tidak satu kasetpun untuk kami bawa pulang dan tidak satu set bajupun yang kami bawa pulang. Yang kami bawa malam itu hanyalah sebuah kekecewaan dan kekesalan yang luar biasa hebat.
Malam itu, sementara kami menunggu pelatih kampret kami mendatangi kami, kami berunding untuk mencari celah agar semua berjalan dengan lancar. Kami berunding untuk mencari cara agar kami dapat tampil pada hari minggunya. Dan kamipun meminta bantuan Kak Lusi, kakanya si mbak untuk membantu kami.
Berhubung si mbak punya koneksi speedy dirumahnya, kami meminta tolong kepada si mbak untuk mencarikan plus neg-download musik melayu apa saja kepada kakaknya. Untuk soal gerakan alhamdulillah aku, mbak dan kak lusi bisa bantu.
Jadi malam itu, sebelum pulang kami bagi-bagi tugas terlebih dahulu. Dea dan Dila, kebagian tugas untuk menyewa pakaian. Berhubung dea tau tempat nyewanya dan kebetulan juga dea bisa diantar sama abangnya walaupun keadaannya waktu itu tidak memungkinkan alias sakit. Jadi kami cuma membebani sedikit padanya.
Sedangkan kami makhluk yang tersisa (aku, mbak, ami dan chici) kebagian tugas untuk nyari gerakan dan mengahafalkan gerakan tersebut dengan baik. Agar paginya Dila dan Dea ( yang pergi nyewa baju) dapat menyesuaikan posisi mereka besok paginya.dan peer buat kami "cari gerakan yang gamapng".
Berhubung ami, mbak dan chici rumahnya deketan, mau nggak mau aku akhirnya memutuskan untuk nggak pulang ke rumah, melainkan nginap semalam di rumah si mbak (tempat yang rencananya bakal kami jadikan tempat latihan). jadi malam itu, kira-kira pukul setengah sembilan, kami berangkat menuju tempat masing-masing. Kami yang kebagian latihan, terpaksa pulang naik angkot. Beruntungnya angkot menuju pattimura ada banyak, jadi kami nggak ambil pusing. Tapi.... Setibanya di pattimura, angkot untuk menuju balai baru sama sekali nggak ada.
Kami berjalan dan berjalan keliling pattimura untuk mencari angkot malam itu. Karena malam, dan kami masih memakai seragam, tak sedikit dari orang-orang yang lalu lalang melewati pattimura tersebut memperingatkan kami agar cepat pulang. Dan tak jarang pula kami berempat jadi tontonan seru para pelancong ( wo... maksa).
karena nggak ada angkot... akhirnya papanya chici memberitahukan kepada kami, bahwa beliau akan menjemput kami berempat.
Menungu.... Menungu..... Sambil menunggu jemputan, kami tak jarang juga di ganggu sama abang2 penjual gorengan yang ada di simpang pattimura tersebut.
Kira-kira pukul setengah 10 malam, barulah kami pulang. Nah... setibanya di rumah masing-masing (mereka not me) mereka pulang ganti baju dan berkumpul lagi dirumah si mbak pukul 10 lewatan. Dan aku, juga ikutan istirahat sejenak sambil ganti baju (minjam tepatnya). Nah setelah berkumpul... barulah kami memulai menjalankan misi kami.
Kira pukul setengah 12 malam, kami baru menyelesaikan tugas kami, karena udah malam, ami pun pamit pulang. sedangkan chici tetap tinggal sebab dia telah mendapatkan izin untuk ikutan ber-pesta piyama ria. setelah ami pulang, kami yang bertiga ini pergi kekedai mencari 3 bungkus mie buat dimasak, berhubung hari itu kami belu sempat makan. Jadilah kami, 3 gadis berkelana di tengah malam. (idih... gaje. Setelah belanja malam-malam, kamipun masak-masak di dapur. Yang kebetulan dapat peran jadi koki malam itu adalah aku dan chici. Setelah selesai makan kamipun bergosip-gosip dulu (maklum jiwa ibuk-ibuk) di ruang tengah sambil mengistirahtkan perut kami yang kekenyangan. Setelah itu barulah kami tidur.
Nah... sebelum tidur.. kami melanjutkan gosip kami yang tadinya sempat terhenti (nih anak nggak jadi-jadi tidur nih!). Mungkin karena lelah, sesi gosip-menggosip kami ini berlangsung sebentar dan kamipun tidur.
Sayang... malam itu aku terserang flu plus selema (itu udah jelas) jadi... aku nggak bisa tidur nyenyak gara-gara harus bolak-balik kamar mandi tengah malam. Dan paginya tidak diragukan lagi lingkaran mataku meng-hitam.
Pukul 6 pagi, kami dapat kabar dari dea klo pelatih kampret itu bersedia melatih kami pagi itu. Karena kami nggak mau masuk lubang yang sama untuk yang kesekian kalinya. Aku, mbak dan chici memutuskan untuk tidak berlatih lagi dengan tuh
orang. Paginya pukul 8 kurang, kami ber-enam pun berkumpul kembali dan latihan plus menambah gerakan yang belum kami temukan.
Setelah semua selesai, aku yang berencana mandi dirumah pun pulang. Aku pulang dengan keadaan seperti si Inem kabur dari rumah. Pakai celana pendek, baju kaus, tas besar, plus sendal hotel yang semakin mempercantik aku jadi Inem pembantu GILA. Berhubung rumahku dekat dari sekolah, jadi aku kebagian tugas untuk melapor ke mami bahwasannya kelompok kami tidak dapat tampil sesuai nomor lot.
Setiba di sekolah, jujur! aku iri sama teman2 aku yang udah pada pakai kostum, sedangkan aku belum. Sampai pada akhirnya, aku nggak jadi melapor sendiri sebab nggak lama setelah aku sampai di sekolah chici dan si mbak nongol.
Beberapa jam kemudian, datanglah teman2 kami yang lain yang bertugas ngantar baju plus beli make up. Setelah mereka nongol kamipun bersiap.
Pada akhirnya.... walaupun sewaktu tampil kami kurang maximal, minimal nilai kami memuaskan dan lebih dari cukup.
NB: Setiap perjuangan yang dilakukan secara maximal pasti akan mendapatkan sesuatu sesuai harapan kita. (NGGAK NYAMBUNG)
MUNGKIN INI ADALAH POSTING TERAKHIR AKU DI BLOG INI. AKU NGGAK TAHU SAMPAI KAPAN INI BLOG AKAN BERTAHAN, KARENA INI BLOG UDAH BANYAK KERUSAKAN. OLEH SEBAB ITU AKU HANYA BISA MENYAMPAIKAN. "SAMPAI JUMPA KAWAN"